Pendahuluan 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan forum #VIDinsight II dengan tema “Membangun Jaringan Giga LTE Indonesia” pada Rabu, 15 Maret 2023. Pada forum ini, para stakeholders dan operator seluler di Indonesia bertukar pendapat mengenai strategi yang perlu disinergikan untuk membangun jaringan giga LTE nasional. Forum ini melanjutkan rangkaian diskusi yang sebelumnya telah diselenggarakan pada #VIDinsight I bersama perwakilan perusahaan penyedia teknologi Huawei Indonesia dan Ericsson Indonesia, dengan topik terkait pembangunan jaringan gigabit.

Forum #VIDinsight II bertujuan untuk memberikan berbagai wawasan baru dari ekosistem industri dan pemerintah mengenai isu dan tantangan terkini dalam melakukan penggelaran infrastruktur broadband, serta memperoleh proyeksi strategi untuk mewujudkan jaringan giga LTE Indonesia.

Acara #VIDinsight kali ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Denny Setiawan (Direktur Penataan Sumber Daya SDPPI, Kemenkominfo) dan Merza Fachys (Wakil Ketua Umum ATSI/Asosiasi Penyelenggaraan Telekomunikasi Seluruh Indonesia), serta perwakilan dari Telkomsel Indonesia, XL Axiata, Indosat Ooredoo Hutchison, dan Smartfren Telecom.

1. Pentingnya jaringan giga LTE untuk masa depan Indonesia

Kemajuan teknologi dan inovasi digital mampu memberikan berbagai perubahan di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari, akses pendidikan, pengembangan bisnis, hingga pelayanan kesehatan dan kemasyarakatan. Di Indonesia, hampir seluruh masyarakat adalah pengguna internet aktif. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekosistem digital Indonesia yang progresif, dengan penetrasi internet mencapai 77% (katadata.co.id). 

Teknologi yang dikonsumsi masyarakat ini diprediksi akan berkembang semakin pesat. Pesatnya pertumbuhan teknologi membuat Indonesia di tahun 2045 diproyeksikan memiliki teknologi canggih yang berperan di berbagai sektor. Diantaranya adalah high-speed connectivity (6G) untuk sektor telekomunikasi, Artificial Intelligence (AI) untuk deteksi kerusakan produk pada industri manufaktur, Virtual Reality (VR) dalam untuk sektor kesehatan terutama dalam membantu pengobatan dan operasi jarak jauh, hingga kereta cepat untuk sektor transportasi. 

Saat ini, negara-negara sudah mengimplementasikan jaringan 5G. Bahkan, beberapa negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, negara Eropa, dan Korea Selatan mulai mengembangkan jaringan 6G. Tren teknologi yang terus bertransformasi ini menciptakan keharusan bagi Indonesia untuk segera mempercepat pengembangan jaringan giga LTE, khususnya jaringan seluler generasi kelima (5G) dan keenam (6G). Sehingga, Indonesia tetap bisa bersaing dan mewujudkan cita-cita sebagai salah satu negara dengan ekonomi global tertinggi.

Jaringan giga LTE (Long Term Evolution) dikenal sebagai sebuah jaringan komunikasi nirkabel untuk mengakses data dengan kecepatan tinggi menggunakan perangkat mobile. Saat ini, Indonesia tengah berada di fase pengembangan jaringan 5G. Dengan jaringan 5G, kecepatan akses data menjadi jauh lebih cepat dan waktu tempuh akses data (latensi) menjadi lebih rendah. Kapasitas jaringan untuk terhubung dengan berbagai perangkat pun menjadi jauh lebih besar. 

Namun saat ini, jaringan 5G yang tersedia di Indonesia masih menggunakan spektrum frekuensi yang sama dengan jaringan 4G dikarenakan terbatasnya ketersediaan spektrum. Demi menciptakan experience layanan 5G yang optimal, dibutuhkan ketersediaan spektrum frekuensi khusus untuk jaringan 5G (5G Standalone). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia telah melakukan beberapa upaya. Salah satunya melalui penataan spektrum frekuensi atau farming dan refarming pada pita lapisan bawah (low band), lapisan tengah (middle band), dan lapisan atas (high band). 

Salah satu bagian dari upaya farming dan refarming adalah melalui kebijakan Analog Switch-Off (ASO) atau peralihan TV analog ke TV digital. Melalui pelaksanaan ASO, akan tersedia spektrum dengan pita frekuensi 700 MHz (low band). 

Perhitungan dan target spektrum di tahun 2024. Gambar: SDPPI Kominfo.
Perhitungan dan target spektrum di tahun 2024. Gambar: SDPPI Kominfo.

Dengan adanya pembangunan jaringan giga LTE, masyarakat Indonesia dapat mengakses beragam teknologi baru. Didukung oleh penetrasi internet yang meluas dan berkualitas, Indonesia memiliki faktor penggerak untuk perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Blockchain, Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan teknologi lainnya yang akan menjadi kunci produktivitas serta daya saing ekonomi Indonesia di ranah internasional.

2. Tantangan membangun jaringan giga LTE

Membangun jaringan giga LTE, khususnya jaringan 5G, tidak terlepas dari berbagai tantangan. Pertama, belum terciptanya ekosistem yang mumpuni baik dari sisi pengguna maupun perangkat telekomunikasi. Saat ini, demand jaringan 5G masih berfokus pada use case eMBB (enhanced Mobile Broadband) atau penggunaan perangkat mobile sehari-hari, di mana use case tersebut masih bisa diakses melalui jaringan 4G. Ditambah lagi, konsumen memiliki tantangan akan daya beli melihat mahalnya perangkat mobile berbasis 5G (sekitar 15 juta rupiah ke atas). Membangun jaringan 5G juga membutuhkan infrastruktur menara telekomunikasi atau BTS (Base Transceiver Station), yang saat ini memiliki harga 1,5 kali lipat lebih mahal dari BTS jaringan 4G. Hal-hal tersebut menjadi tantangan besar dalam menciptakan demand dan membentuk ekosistem 5G di Indonesia. 

Kedua, belum adanya penetrasi fiber optik (FO) yang merata membuat layanan 5G tidak dapat berjalan dengan optimal. Menurut Wakil Ketua Umum ATSI (Asosiasi Penyelenggaraan Telekomunikasi Seluruh Indonesia), Merza Fachys, fiber optik adalah keharusan untuk mendukung kecepatan 5G yang melebihi 10 giga. Tanpa fiber optik, keunggulan 5G tidak akan jauh berbeda dengan 4G. Untuk itu, pemerintah perlu mendukung operator melalui keringanan regulasi demi kemudahan penggelaran fiber optik. Selain itu, ketersediaan spektrum juga menjadi tantangan utama. Untuk menyediakan layanan 5G, operator membutuhkan spektrum dengan pita frekuensi middle band (3,5 GHz), sementara saat ini frekuensi tersebut masih digunakan oleh teknologi yang sudah ada seperti layanan satelit.

Tantangan-tantangan dalam penggelaran jaringan 5G. Gambar: ATSI

Operator tidak dapat bekerja sendiri dalam mengembangkan jaringan 5G. Mereka mengharapkan kerja sama dari pemerintah berupa dukungan regulasi untuk kemudahan perizinan penggelaran infrastruktur maupun regulasi yang mendorong terciptanya ekosistem operator yang sehat. Dengan gotong-royong antara operator seluler, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat, maka pengembangan jaringan 5G bisa terlaksana dengan efektif. 

3. Solusi percepatan jaringan giga LTE

Untuk menghadapi tantangan dalam percepatan jaringan giga LTE, dukungan dari pemerintah sangatlah dibutuhkan. Pertama, operator mengharapkan biaya BHP spektrum frekuensi yang tidak terlalu mahal melalui dukungan insentif, ataupun penerapan skema pembayaran BHP yang tidak memberatkan kondisi finansial operator. Hal ini dikarenakan selain kewajiban membayar BHP frekuensi, operator juga perlu mengeluarkan biaya untuk penggelaran jaringan itu sendiri. Melalui kebijakan atau strategi yang tepat, operator bisa terus berkontribusi membangun infrastruktur maupun jaringan untuk mendorong digitalisasi nasional.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Penataan Sumber Daya SDPPI Kemenkominfo, Denny Setiawan, memberikan usulan bahwa insentif untuk operator seluler dapat diberikan melalui beberapa opsi yaitu keringanan pembayaran BHP frekuensi, insentif BHP sampai dengan nol, atau faktor pengurang dengan kondisi tertentu. Opsi tersebut dapat menjadi upaya untuk menjaga sustainability dari keberjalanan bisnis operator seluler.

Kedua, kesiapan ekosistem sangat penting untuk mewujudkan percepatan jaringan LTE. Diperlukan kerja sama antara pemerintah dan operator dalam mengembangkan ketersediaan sumber daya serta mendorong pertumbuhan demand agar ekosistem pengguna 5G, khususnya pelaku industri yang menjadi penggerak ekonomi dapat segera terbentuk. Dengan begitu, operator seluler bisa segera membangun mobile data services di daerah-daerah yang sudah matang sebagai lokasi penerapan jaringan LTE. 

Ketiga, penerapan spectrum sharing antar operator perlu dipertimbangkan. Dengan begitu, penggelaran infrastruktur maupun jaringan untuk mendorong giga LTE menjadi lebih efisien. 

Melalui solusi-solusi tersebut, diharapkan pemerintah serta operator seluler dapat saling bekerja sama dalam menciptakan ekosistem 5G yang kondusif dan berkelanjutan bagi Indonesia. 

4. Peran operator seluler di Indonesia

Industri telekomunikasi memiliki strategi yang komprehensif dalam membangun jaringan giga LTE di Indonesia. Dalam #VIDinsight II, keempat operator seluler yaitu Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Smartfren Telecom menyampaikan rancangan yang selaras. 

Operator seluler memiliki dua peran penting untuk mewujudkan jaringan 5G, salah satunya adalah membangun infrastruktur dan teknologi. Saat ini, operator telah mengadaptasi edge cloud untuk mendukung layanan 5G yang rendah latensi. Selain itu, dilakukan juga adopsi 5G stand-alone architecture demi memberikan layanan 5G dengan kapabilitas yang maksimal. Kedepannya, operator akan terus mengembangkan infrastruktur jaringan 5G yang aman, terpercaya, dan dapat diandalkan. 

Selain itu, operator seluler juga berupaya untuk meningkatkan layanan dan mengembangkan use cases penggunaan jaringan 5G. Untuk meningkatkan layanan, operator memiliki fokus pengembangan pada peningkatan kapasitas, efisiensi, dan optimasi jaringan yang diwujudkan melalui fiberisasi serta implementasi teknologi-teknologi baru. Teknologi tersebut digunakan sebagai pengembangan use cases jaringan 5G, seperti AR (Augmented Reality), VR (Virtual Reality), hingga cloud computing.

Operator seluler telah menghadirkan layanan 5G untuk kota-kota besar di Indonesia. Untuk memperkenalkan jaringan 5G kepada masyarakat luas, operator melakukan showcase teknologi 5G di acara berskala internasional, seperti pada MotoGP Mandalika dan acara G20 pada tahun 2022 lalu. 

Dalam perjalanannya, seluruh operator seluler  masih membutuhkan dukungan dari pemerintah agar dapat berperan secara maksimal. Dengan sinergi dan kolaborasi, pengoptimalan jaringan giga LTE di seluruh Indonesia dapat terwujud serta terciptanya ekosistem telekomunikasi yang sehat.

Kesimpulan

Mewujudkan masa depan Indonesia digital melalui pembangunan jaringan giga LTE memerlukan dukungan dan kesiapan dari berbagai sisi. Dimulai dari orkestrasi kebijakan penggelaran infrastruktur digital baik dalam lingkup pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Perlu juga adanya kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong terciptanya ekosistem operator yang sehat dan berkelanjutan misalnya melalui kebijakan insentif. Upaya untuk meningkatkan demand maupun supply dari infrastruktur digital maupun teknologi ke depan menjadi krusial untuk menciptakan ekosistem digital yang kokoh. Hal yang juga tidak kalah penting yaitu membangun kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan tidak hanya pemerintah, tetapi juga pelaku industri, asosiasi, dan akademisi. 

Teknologi baru terus berdatangan, namun teknologi existing harus terus diperkuat. Dengan orkestrasi kebijakan, Indonesia dapat mengantisipasi peluang dan disrupsi dari teknologi baru, dengan tetap mengakselerasi pemerataan dan penguatan dari teknologi yang sudah ada. 

***

Visi Indonesia Digital (VID) 2045 diinisiasikan oleh Kominfo sebagai sebuah konsep yang mengorkestrasi perkembangan pembangunan digital nasional, yang diharapkan akan dituangkan ke dalam rancangan RPJPN 2025-2045 dan RPJMN 2025-2029. Saat ini, Kemenkominfo bersama kementerian lainnya tengah mengkaji dan menajamkan konsep tersebut, di mana diperlukan pengayaan khususnya untuk outlook dan antisipasi key trend  teknologi ke depannya. 

#VIDinsight diselenggarakan sebagai forum diskusi multistakeholder untuk menjaring wawasan dan inspirasi mengenai proyeksi, tren, potensi, dan permasalahan strategis teknologi digital ke depan. Hasil diskusi dari #VIDinsight akan dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan arah kebijakan dan strategi pembangunan digital nasional dalam Visi Indonesia Digital (VID). 

Bersama wujudkan digitalisasi nasional untuk Indonesia berdaulat, maju, adil, dan makmur.

Ikuti episode terbaru #VIDinsight setiap minggunya di Youtube @digital2045