Sebagai salah satu upaya mewujudkan Indonesia digital, Kemenkominfo bersama kementerian lainnya tengah menyusun konsep Visi Indonesia Digital (VID) 2045 untuk mengorkestrasi perkembangan pembangunan digital nasional. Proses ini juga sejalan dengan persiapan penyusunan RPJPN 2025-2045, RPJMN 2025-2029, dan Renstra 2025-2029. Untuk mempertajam konsep Visi Indonesia Digital, saat ini sedang dilakukan pengayaan demi penguatan dan memperkirakan outlook teknologi ke depan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan #VIDinsight, yaitu forum bersama stakeholder untuk menentukan arah kebijakan bidang digital ke depan. 

Forum #VIDinsight I membawakan tema “Membangun Jaringan Gigabit di Indonesia” dengan narasumber dari pelaku industri, Mohamad Rosidi (Director ICT Strategy & Business, Huawei Technologies) dan Ronni Nurmal (Vice President – Network Solution Head of Ericsson Indonesia). Dimoderatori oleh Adis Alifiawan (Koordinator Penataan Alokasi Spektrum Dinas Tetap dan Bergerak Darat, Kemenkominfo), forum ini membahas secara mendalam terkait perkembangan jaringan gigabit di berbagai negara dan juga tren penggunaan teknologi digital melalui jaringan gigabit. Hasil dari forum ini akan menjadi pengayaan dan penguatan konsep dari Visi Indonesia Digital 2045. Dihadiri oleh stakeholders yang terkait dalam perumusan VID, #VIDinsight I merangkum berbagai contoh penerapan jaringan gigabit serta prediksi tren digital di era 5G dan 6G.

Adis Alifiawan (Koordinator Penataan Alokasi Spektrum Dinas Tetap dan Bergerak Darat, Kemenkominfo) memandu diskusi #VIDinsight I

1. Pentingnya jaringan gigabit di Indonesia

Teknologi menjadi salah satu kunci utama untuk menjalankan kehidupan. Dengan ragam perangkat teknologi yang kian berkembang dan erat melekat di keseharian, digitalisasi adalah salah satu proses penting yang harus dilalui untuk mendukung kemajuan industri, kemudahan konsumen, hingga masyarakat luas. Mengupayakan digitalisasi di berbagai lini dan sektor akan mendorong efisiensi, produktivitas, peningkatan layanan, percepatan transformasi digital, meningkatkan aksesibilitas, serta mendorong inovasi terbaru. 

Seluruh upaya dan manfaat digitalisasi akan terwujud melalui jaringan internet yang cepat dengan latensi yang rendah dan stabil. Saat ini, berbagai negara telah merencanakan pengembangan jaringan super cepat bernama gigabit. Kecepatan gigabit ini menjadi krusial karena mampu mendorong penerapan teknologi baru ke depan. 

Sebagai contoh, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan (AI) telah berkembang dengan pesat. Namun, implementasi teknologi baru secara efektif membutuhkan jaringan yang mampu menangani jumlah data besar dengan kecepatan tinggi. Misalnya, aplikasi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) membutuhkan jaringan yang cepat dan stabil untuk memberikan pengalaman yang optimal bagi pengguna. Inilah yang membuat jaringan gigabit sangat penting: kemampuannya menyediakan kecepatan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk memproses serta mentransfer data dalam jumlah besar.

Di Indonesia, implementasi jaringan gigabit mendukung penuh upaya digitalisasi serta mempercepat pembangunan infrastruktur digital. Dengan begitu, Indonesia dapat lebih cepat dan mudah dalam menyesuaikan diri di era digitalisasi. Kehadiran jaringan gigabit pun turut meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global dalam bidang teknologi dan bisnis, serta mempercepat transformasi digital di sektor industri dan pemerintahan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai bidang.

2. Berbagai bentuk penerapan teknologi gigabit

Dalam penerapannya, use cases atau implementasi teknologi gigabit harus dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen, rumah tangga, dan industri. Dari sisi konsumen, teknologi gigabit memiliki penawaran speed atau jaringan yang super cepat. Sehingga, konsumen mendapatkan experience atau pengalaman mengakses internet dengan sangat nyaman. Adapun salah satu kriteria teknologi 5G adalah penggunaan Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk menunjukan rute jalan. 

Dari sisi rumah tangga, teknologi gigabit memungkinkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah. Seperti menyalakan sistem keamanan, bekerja dari rumah atau remote office, melakukan pembelajaran jarak jauh, hingga hiburan dalam bentuk cloud entertainment. 

Selain itu, masyarakat juga dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, melalui kecerdasan buatan/Artificial Intelligence (AI) dan cloud computing yang membantu dokter dalam mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi menggunakan berbagai jenis laporan penyakit. Sehingga, diagnosa menjadi lebih akurat dan rencana perawatan yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Dari sektor bisnis industri, terdapat tiga jenis penerapan gigabit, yaitu 5G factory,5G mining, dan 5G port, yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri. Sebagai contoh, Cina adalah negara pertama yang memiliki manufaktur dengan konektivitas 5G. Hasilnya, efisiensi meningkat hingga 20% dan biaya tenaga kerja berkurang hingga 30%.

Digitalisasi industri melalui penerapan jaringan gigabit. Gambar: Huawei Technologies.

3. Mengambil contoh penggunaan gigabit di berbagai negara

Dalam menetapkan strategi pengembangan jaringan 5G, Indonesia bisa melakukan kombinasi strategi yang telah diterapkan oleh negara lain sesuai dengan kebutuhan. Di Cina, misalnya, pemerintah menerapkan kebijakan nasional infrastruktur 5G dengan mengikutsertakan populasi negara. Pemerintah Cina telah mengadakan kompetisi 28.000 aplikasi, dengan 5% aplikasi mencapai tahap inkubasi dan komersial. Selain itu, Cina juga menerapkan akademisi dua arah serta penggunaan fiber dan IPv6. 

Contoh lainnya adalah Thailand. Menurut Rosidi, Thailand dapat menjadi contoh terbaik bagi Indonesia dalam menerapkan gigabit karena strategi pembangunan smart city Thailand yang dirancang dari scratch yang mana memiliki piramida Giga City Plan yang sangat jelas, dimulai dari strategi full fiber + infrastruktur 5G untuk menjadikan Thailand sebagai ASEAN digital hub. Thailand juga menerapkan ecosystem cooperation di semua sektor Thai-Giga Cities, dilengkapi oleh percepatan digitalisasi industri melalui penerapan e-government, smart hospital, smart education, hingga smart tourism. 

Penerapan jaringan gigabit di Thailand. Gambar: Huawei Technologies.

Untuk mempercepat pembangunan All-Optical Infrastructure, Thailand mempunyai empat kebijakan pendukung, yaitu infrastructure sharing, fiber pre-deploy, USO funding, dan broadband monitoring. Di antara keempat kebijakan tersebut, menurut Rosidi infrastructure sharing menjadi hal yang sangat penting karena dengan infrastructure sharing, kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dapat diselaraskan. Pemerintah daerah harus turut diikutsertakan karena setiap titik poin pembangunan 5G berada di bawah peraturan daerah.

4. Tren digital di era masa depan

Setelah memahami penerapan kebijakan jaringan gigabit, pemerintah perlu memperhatikan prediksi tren digital agar target yang dirancang dapat disesuaikan dengan demand yang ada. Berdasarkan survei yang dilakukan Ericsson kepada 15.000 pengguna awal Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan digital assistants, terdapat 10 tren digital yang konsumen harapkan akan hadir pada tahun 2030. Beberapa diantaranya adalah teknologi VR yang bisa memperlihatkan rute peta, mikrofon yang memungkinkan manusia untuk menirukan suara, buds yang dapat memalsukan rasa pada lidah, hingga sensor pada setiap barang untuk keamanan pemiliknya. Selain itu di era 6G, jaringan internet juga diperkirakan akan lebih mudah beradaptasi sehingga menghindari terjadinya buffering. Adanya sistem cloud computing juga akan menjamin keamanan informasi dengan cara memilah informasi penting sebagai confidential computing. Teknologi AI di era 6G juga dapat menjadi langkah antisipasi dengan kemampuan memprediksi sesuatu berdasarkan kejadian di masa lalu. Teknologi Unified Network Compute Fabric juga berperan memaksimalkan efisiensi kapabilitas jaringan di era 6G nantinya.

Tren digital di kalangan konsumen pada era 5G dan 6G. Gambar: Ericsson Indonesia.

Report dari Ericsson mengenai 10 Hot Consumer Trends 2030 menunjukkan jaringan 5G dan 6G akan sangat berguna bagi konsumen, industri, dan manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai fitur teknologi canggih seperti teknologi berbasis sensor yang memiliki kemampuan deteksi dan translasi secara cepat. Dari sisi manufaktur, teknologi berbasis 5G dan 6G bersifat mudah untuk dioperasikan, reliable, dan memiliki tingkat maintenance yang rendah sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Untuk itu, digitalisasi melalui jaringan 5G maupun 6G merupakan hal yang harus segera dilakukan agar Indonesia bisa terus bersaing bersama negara-negara ASEAN maupun global, termasuk dari segi daya saing industri.

5. Catatan penting dalam membangun jaringan gigabit di Indonesia

Seiring pembangunan jaringan gigabit, kedua pembicara dari Huawei Technologies dan Ericsson Indonesia setuju bahwa terdapat tiga hal yang harus diperhatikan. Yaitu, demand atau permintaan, supply atau penawaran, dan experience atau pengalaman yang dirasakan saat mengkonsumsi jaringan gigabit dalam memaksimalkan produktivitas dan efisiensi. Dari ketiga hal tersebut, barulah pemerintah dapat menetapkan strategi dan target yang sesuai bersama dengan kolaborasi dari berbagai pihak.

Selain itu, Indonesia harus mengoptimalkan aplikasi sebagai langkah menuju Indonesia digital. Aplikasi harus bisa memberikan nilai tambah bagi konsumen dan industri. Dengan begitu, tingkat kompetitivitas Indonesia akan semakin meningkat. 

Untuk mewujudkan pemerataan jaringan 5G dan 6G di seluruh wilayah Indonesia, spektrum frekuensi radio harus segera diimplementasikan. Jumlah dan kualitas digital talent di Indonesia juga harus terus ditingkatkan sehingga Indonesia bisa menjadi pemain sekaligus stakeholder di era 5G dan 6G. Sebagai penggerak atau enablers teknologi baru di tahun 2030, jaringan gigabit sangatlah penting sebagai jalan menuju Indonesia digital yang masyarakat harapkan. Dalam menerapkan jaringan gigabit, pemerintah perlu bekerja sama dalam menyusun strategi, mengambil contoh dari negara-negara yang sudah menerapkan jaringan gigabit dan menyesuaikannya dengan kondisi dalam negeri.  Sektor industri juga perlu mengantisipasi tren-tren digital di masa depan sehingga pembangunan jaringan gigabit bisa sesuai dengan demand yang ada.

Dr. Denny Setiawan, ST, MT (Direktur Penataan Sumber Daya SDPPI, Kemenkominfo) berbagi pandangan tentang tantangan pembangunan jaringan Gigabit di Indonesia.
Andreas Bondan Satriadi (Kementerian PPN/Bappenas) memberikan tanggapan pada sesi diskusi.

Visi Indonesia Digital (VID) 2045 merupakan sebuah konsep yang diinisiasikan oleh Kemenkominfo untuk mengorkestrasi perkembangan pembangunan digital nasional, yang diharapkan akan dituangkan ke dalam rancangan RPJPN 2025-2045 dan RPJMN 2025-2029. Saat ini, Kemenkominfo bersama kementerian lainnya tengah mengkaji dan menajamkan konsep tersebut, di mana diperlukan pengayaan khususnya untuk outlook dan antisipasi key trend teknologi ke depannya. 

#VIDinsight diselenggarakan sebagai forum diskusi multi stakeholder untuk menjaring wawasan dan inspirasi mengenai proyeksi, tren, potensi, dan permasalahan strategis teknologi digital ke depan. Hasil diskusi dari #VIDinsight akan dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan arah kebijakan dan strategi pembangunan digital nasional dalam Visi Indonesia Digital (VID). 

Bersama wujudkan digitalisasi nasional untuk Indonesia berdaulat, maju, adil, dan makmur. Ikuti episode terbaru #VIDinsight setiap minggunya di Youtube @digital2045